"Like a river flows, surely to the sea. Darling, so it goes..Some things are meant to be"
Hari itu, 26 November 2016, kami akhirnya sampai pada titik temu. Setelah berlari berlawanan arah, memacu kecepatan bersama angin. Berkali tersesat tak mengerti petunjuk alam. Semua bebatuan di tengah jalan terasa ringan setelah mata kami bertemu.
Ia dibalut kebaya biru, turun dari tangga. Ia dengan gagah berdiri termangu dalam batik hijaunya. Banyak pasang mata menatap pada kedua arah. Tersenyum mereka menyaksikan dua insan mengikat cintanya.
"Jadi Allysa menerima lamaran Mas Izul?" Pertanyaan dilontarkan. Sang Puan dengan kebaya biru tersipu malu. Suaranya tercekat, tidak sanggup menjawab dengan bulir keringat menyebar di seluruh telapak tangan. Sang Tuan tersenyum namun matanya tak berani menatap Puan di hadapannya. Mungkin malu? Mungkin gugup?
"Diam berarti setuju" Syukur pun diucapkan. Menggema di seluruh ruangan. Cincin kemudian disematkan oleh Ibunda sang Tuan di jemari manis Puan. Tali diikat, dan doa mengalir berharap segalanya berjalan dengan lancar sampai tiba hari Tuan mengucap akad.
Rasanya bagai mimpi. Begini ternyata rasanya dilamar dan melamar. Kamu akan menatapnya dengan pandangan yang berbeda setelah prosesi indah itu terjadi. Lebih indah. Ada perasan yang lebih dalam. Bahkan melebihi Cinta. Entah apa namanya, kami rasa alam pun tak mampu menjelaskannya.
Beberapa bulan lagi sampai janur kuning melengkung. Menunggu beberapa waktu lagi sampai wali (bukan Band) menyerahkan Puan kepada Tuan. Doakan kami berhasil sampai ke tujuan kami, apalah kami tanpa doa dari kalian duhai saudara dan sahabat ^^ dan terima kasih sudah banyak membantu kami ^^
Love,
Allysa & Izul
Katanya, jatuh cinta itu tidak pernah terduga kapan dan dimana terjadinya. Dengan siapa besok hatimu berkasih. Karena siapa rona merah di pipimu tersemat. Gelitik tak kasat mata mengunggah senyum di bibir sejak pertama menaruh hati padanya.
Hari itu, 26 November 2016, kami akhirnya sampai pada titik temu. Setelah berlari berlawanan arah, memacu kecepatan bersama angin. Berkali tersesat tak mengerti petunjuk alam. Semua bebatuan di tengah jalan terasa ringan setelah mata kami bertemu.
Ia dibalut kebaya biru, turun dari tangga. Ia dengan gagah berdiri termangu dalam batik hijaunya. Banyak pasang mata menatap pada kedua arah. Tersenyum mereka menyaksikan dua insan mengikat cintanya.
"Jadi Allysa menerima lamaran Mas Izul?" Pertanyaan dilontarkan. Sang Puan dengan kebaya biru tersipu malu. Suaranya tercekat, tidak sanggup menjawab dengan bulir keringat menyebar di seluruh telapak tangan. Sang Tuan tersenyum namun matanya tak berani menatap Puan di hadapannya. Mungkin malu? Mungkin gugup?
"Diam berarti setuju" Syukur pun diucapkan. Menggema di seluruh ruangan. Cincin kemudian disematkan oleh Ibunda sang Tuan di jemari manis Puan. Tali diikat, dan doa mengalir berharap segalanya berjalan dengan lancar sampai tiba hari Tuan mengucap akad.
Rasanya bagai mimpi. Begini ternyata rasanya dilamar dan melamar. Kamu akan menatapnya dengan pandangan yang berbeda setelah prosesi indah itu terjadi. Lebih indah. Ada perasan yang lebih dalam. Bahkan melebihi Cinta. Entah apa namanya, kami rasa alam pun tak mampu menjelaskannya.
Beberapa bulan lagi sampai janur kuning melengkung. Menunggu beberapa waktu lagi sampai wali (bukan Band) menyerahkan Puan kepada Tuan. Doakan kami berhasil sampai ke tujuan kami, apalah kami tanpa doa dari kalian duhai saudara dan sahabat ^^ dan terima kasih sudah banyak membantu kami ^^
Love,
Allysa & Izul
















