Idiot Wedding 101 #1 : Menikah? Sudah Siap?

7:03 PM

Idiot Wedding 101 #1 : Menikah? Sudah Siap?

"Emang Udah Siap Nikah?"

Adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan oleh orang-orang terdekat (teman dan keluarga) akhir-akhir ini setelah tau saya dan Allysa sedang merencanakan pernikahan. Mungkin dalam seminggu saya bisa mendengar lebih dari 50 pertanyaan serupa, yang selalu saya jawab dengan bertanya balik “Emangnya indikator orang siap nikah itu apa aja?”.

Beberapa orang yang menerima pertanyaan balik saya itu terdiam, tapi  banyak juga yang mencoba menjawab dengan bertanya (lah nanya lagi) “Emang lu udah sukses?”, “Emangnya lu udah mapan?” atau “Emangnya udah bisa kasih makan anak orang?” yang kembali, semuanya tidak ada ukuran pastinya.

Jika indikator kesiapan itu dinilai dari kesuksesan, kemapanan, dan kesanggupan untuk mengurus anak orang lain, jujur sih, saya sendiri tidak tahu apakah udah siap dan entah kapan akan siap dengan hal yang bernama pernikahan, menjadi suami dan pemimpin keluarga kelak (berat juga yaa rupanya). Tapi alangkah baiknya jika pertanyaannya sedikit diubah katanya, bukan “Sudah siapkah kamu menikah” melainkan “Kamu mau gak untuk menikah?” jika pertanyaannya seperti itu saya akan lebih mudah menjawabnya ^^.

Betul sekali, menurut saya “KEMAUAN” adalah kuncinya, banyak kok orang yang udah sukses, mapan dan bisa kasih makan anak orang (apa sih Bahasa enaknya?) tapi belum juga punya kemauan untuk menikah. Yang jelas setelah ada "kemauan untuk menikah" maka harus disertai juga dengan kemauan-kemaun lainnya, seperti mau mulai nabung, mau mulai belajar untuk jadi suami yang baik kelak dan yang jelas calonnya juga harus mau jadi istri kamu, kalau nggak yaaah sama juga bodong dong ah, hehehe.

Intinya sih, saya sendiri belum bisa menjawab pertanyaan apakah saya sudah siap atau tidak dengan pernikahan, tapi dengan kemauan dan usaha yang sedang kami lakukan sekarang mungkin (jika diperkenankan oleh yang Maha melihat) kita akan belajar banyak tentang kesiapan itu sendiri dan biarlah Tuhan yang menilai kesiapan kita itu dan bukan orang lain :) (semoga nyambung)~

- Izul.


"Masih muda! Ngapain nikah cepet-cepet"

Gak jauh beda dengan my baby, Izul (sadoooooyyyy), gue lebih sering dikasih tahu dengan sebaris kalimat di atas sama beberapa orang terdekat gue. Bukan keluarga sih yang bilang, tapi lebih ke temen-temen gitu.

Gue paham banget mereka bilang begitu bukan berarti nggak mendukung keputusan gue, mereka cuma mau yang terbaik buat gue dan gue berterima kasih atas perhatiannya. But...well, do you really know what's best for me?

Memutuskan untuk menerima lamaran Izul lalu menyiapkan pernikahan di usia 22 tahun ini memang kalo di zaman sekarang kayaknya dipandang gimana gitu, ya gak sih? Mungkin ada beberapa orang yang menganggap kalau gue terlalu gegabah memutuskannya, nggak mikir-mikir, atau "baek-baek tar nyesel..". Sedih sih sebenarnya kalau ada orang yang memandang keputusan gue tidak dewasa, because once again...do you really know what's best for me?

I had a hard time to find my "the one" years ago, and when i fell in love with Izul, it's like the universe finally gave their blessing and told me "Allysa, your jomblo-journey has come to an end, he's the one...MARRY HIM!" ahahahahah ngaco banget gak sih, but seriously, that's how i feel.

Gue percaya dengan true love, soulmate sampai jodoh. Gue percaya semua hal itu sudah diatur oleh Tuhan. Nah, kalau menurut lo itu agak gimana gitu, let's say semua itu sudah diatur oleh alam. Every little step itu either mendekatkan lo dengan 'dia-yang-sudah-terpilih' atau bisa juga menjauhkan. Semua tergantung keadaan kita, sudah pantas belum mendapat restu alam. Kalau memang alam merestui dalam waktu yang dekat, bukannya harus kita syukuri? Mendapat restu alam itu susah lho guys, beneran deh.

Memang sih, belum akad nikah belum bisa dibilang jodoh juga, tapi at least i have faith. Dare to take another step yang semoga saja setiap langkah kaki gue mendekatkan, bukan menjauhkan.

Well, intinyaa.....mungkin tidak perlu lah kita terlalu baper dengan kalimat "masih muda bukannya seneng-seneng dulu malah mau nikah" atau "sudah tua nggak nikah-nikah.". Kalimat-kalimat itu hanya akan menghambat langkah kita, pegang erat hal yang sudah kita percaya sejak awal and let the universe give their blessings for us when the time is right.

- Allysa.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts